Chinatown Glodok, Pecinan Bersejarah dan Terbesar di Dunia: Daya Tarik Wisatawan sehingga Menjadi Wisata Populer

PARAWISATA.id – Chinatown atau pecinan adalah wilayah yang mayoritas penduduknya adalah keturunan Tionghoa.

Menurut KBBI, pecinan diartikan juga sebagai tempat pemukiman orang China.

Di Indonesia sendiri, hampir setiap daerahnya memiliki chinatown.

Chinatown kerap menjadi tujuan wisata populer di Indonesia.

Arsitekturnya yang khas, unik, dan menarik, menjadikannya sebagai daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Di samping itu, tempatnya juga menawarkan pengalaman budaya, sejarah, dan kuliner yang berbeda-beda di setiap destinasi.

Di mana setiap pecinan di Indonesia memiliki daya tarik tersendiri.

Baik dari segi arsitektur yang mencolok, keunikan budayanya, hingga berbagai hidangan kuliner legendaris.

Salah satu chinatown yang selalu menjadi pusat kegiatan ekonomi, yaitu chinatown yang berada di Glodok.

Dilansir situs resmi Wonderful Indonesia, Chinatown Glodok merupakan salah satu pecinan terbesar di dunia.

Berlokasi di kawasan Taman Sari, Jakarta Barat.

Jalur menuju Chinatown Glodok cukup mudah, yaitu dengan menggunakan taksi, ojek, atau angkutan umum seperti TransJakarta, Metromini, atau bajaj.

Kota Batavia lama ini, dihuni oleh masyarakat keturunan Tionghoa dan telah dikenal sebagai pecinan sejak zaman kolonial Belanda.

Saat ini, Glodok dikenal sebagai pusat perdagangan elektronik di Jakarta.

Berjalan-jalan ke sini, membuat pengunjung dapat menikmati kekayaan sejarah yang terjalin dalam kota ini.

Seperti bangunan bersejarah, kuil kuno, dan arsitektur tradisional Tiongkok.

Glodok berasal dari kata Sunda yaitu ‘Golodog’, yang berarti pintu masuk ke rumah.

Hal tersebut mengingatkan pada masa Sunda Kelapa (sekarang Jakarta) yang menjadi pintu gerbang Kerajaan Sunda Kuno.

Pada masa kolonial, peluang komersial yang ditawarkan oleh Belanda menarik ribuan orang dari wilayah yang sekarang disebut Indonesia, termasuk gelombang besar imigran dari Tiongkok.

Mereka dipekerjakan sebagai pengrajin terampil, pekerja pabrik gula, dan pemilik toko.

Pertumbuhan jumlah orang Tionghoa yang pesat membuat pemerintah kolonial Belanda dan penduduk setempat merasa terancam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *